GENOTA.ID – Kita harus belajar banyak pada Uwais al-Qarni (w 657 M). Belajar untuk tetap yakin, bahwa Allah SWT pasti akan membalas sekecil apa pun kebaikan kita, meski sepi dari apresiasi manusia. Itulah buah keikhlasan dan kesabarannya.
Uwais, pemuda asal Qaran, Yaman, hari itu berpamitan kepada ibunya untuk pergi ke pasar ternak. Ibunya yang sudah sepuh dan lumpuh memberinya restu. Ia lantas membeli lembu atau kerbau yang masih kecil. Lalu membawanya pulang dengan memanggulnya.
Setiap pagi dan sore, Uwais menggendong lembunya dari rumah menuju bukit yang ia buatkan kandang di atasnya. Dinikmatinya setiap ejekan tetangga, karena dalam benaknya hanya satu; fisiknya semakin kuat. Dan ia bisa menggendong sang ibu untuk berangkat menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Bakkah atau Makkah.
Dan pagi itu, Uwais melintasi sahara panas dengan menggendong sang ibu tercinta. Berminggu-minggu ia lewati perjalanan mission impossible sejauh 600 km ini dengan penuh ikhlas dan sabar. Sampai akhirnya Kabah pun sudah berada persis di depan matanya. Mereka berdua pun akhirnya berhaji, menyempurnakan keberislaman mereka.
Allahu Akbar. Perjuangan yang berbuah manis. Benarlah janji Allah SWT, setiap kebaikan sekecil apa pun, pasti akan ada balasannya dari Allah SWT. Sungguh, setiap langkah Uwais telah menggetarkan langit. Pantaslah para malaikat terkesima dan membalas tasbih tak henti.