Anakku, Juaraku

GENOTA.ID – Sudahkah Ayah dan Bunda menerima raport anak kita? Baguskah nilai akademiknya? Atau rangking berapakah dia saat ini? Atau justru turunkah nilainya? Kalau memang prestasi akademik anak kita turun, apa yang akan kita lakukan? Menambah jam les mata pelajarannya atau memprotes kepada anak kenapa sampai nilainya turun? Pada saat kita menerima raport anak kita, pasti yang terbayang hal-hal yang seperti saya sebutkan diatas bukan?

Ayah dan Bunda, Allah SWT menciptakan manusia sebaik-baik ciptaan-Nya. Allah SWT menciptakan anak kita dengan segala potensinya. Potensi yang sangat luar biasa. Namun potensi itu harus kita gali dan kembangkan dalam diri anak kita. Sayangnya masih banyak para orang tua yang menganggap keberhasilan anak diukur dari nilai-nilai akademiknya semata.

Ketika si anak cerdas atau tidak cerdas, hebat atau tidak hebat berdasarkan standar akademik menjadi acuan keberhasilan anak, maka sebenarnya kita orang tua, sudah “melecehkan” kehebatan dan kecerdasan anak yang lain. Padahal, standar akademik itu barulah salah satu dari sekian ukuran yang bisa dipakai untuk mendefinisikan keberhasilan seorang anak.

Sekali lagi kemampuan sekolah untuk mengeluarkan potensi terbesar anak sungguh sangatlah terbatas. Karena itu semestinya orang tua yang mengambil peranan dalam meneruskan dan menggali potensi potensi lain yang belum terjamah.

Mungkin hal-hal berikut ini bisa menjadi tips bagi kita untuk menyikapi hal tersebut diatas:
1. Mengubah Cara Pandang.
Setiap anak itu unik dan pasti memiliki kelebihan. Tapi seringkali kita hanya fokus kepada kekurangan anak, sehingga kelebihan anak sama sekali tidak tampak. Mari kita mulai dari mengubah cara pandang kita, sikap kita dan perlakuan kita terhadap anak.

2. Sadari Multiple Intelligences Anak.
Lihat seluruh peluang sukses anak, orang tua tidak boleh terjebak dalam pemikiran kesuksesan anak itu dari nilai akademik semata. Namun orang tua perlu menerima terhadap kemungkinan minat dan bakat anak dibidang yang lain. Bukankah yang namanya “kecerdasan” itu bukanlah merupakan suatu hal yang bersifat dimensi tunggal semata, yang hanya bisa diukur dari satu sisi dimensi saja (dimensi IQ). Tapi merupakan kesatuan dari kecerdasan majemuk (Multiple Intellegences) yang meliputi Emosional atau EQ (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient). Menurut Hernowo, seorang penulis buku-buku best seller, mengungkapkan bahwa “Multiple intelligences” atau kecerdasan majemuk pada dasarnya, adalah sebuah konsep yang menunjukkan kepada kita bahwa potensi anak-anak kita, khususnya jika dikaitkan dengan kecerdasan, banyak sekali. Di kepala anak-anak kita minimal ada 9 kecerdasan. Dengan mengetahui konsep tersebut, paling tidak, dapat membantu kita untuk menganggap (mempersepsi) bahwa anak-anak kita itu menyimpan potensi yang luar biasa.

3. Kemampuan Menerima Anak Seutuhnya.
Ketika anak tidak berprestasi di bidang akademik, belum mencapai target ranking atau peringkat yang diinginkan, padahal anak sudah berusaha maksimal. Orang tua harus dapat menerima kondisi anak seutuhnya dan tidak boleh menjatuhkan harga diri anak. Orang tua perlu refleksi diri secara logis dan mencari potensi anak yang tersembunyi dalam minat dan bakatnya, guna dikembangkan menjadi prestasi. Orang tua patut menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi keberbakatannya sendiri-sendiri. Bukan hanya itu, orang tua segera memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai kegiatan dengan minat yang disukainya.

Ayah dan Bunda, hal sangat penting dalam kesuksesan anak, tentu adalah doa dan usaha orang tua menjadi faktor penentu semua itu. Dan usaha orang tua pasti akan membuahkan kebaikan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Wallahua’lam bishawab.