GENOTA.ID – Buat anak-anak kita, segala metode pendidikan dan pengasuhan, cara, fasilitas, nggak ada apa-apanya, dan nggak bakalan ada pengaruhnya buat mereka. Jika apa?
Jika rezeki untuk anak kita itu, haram. Dan tidak ada uswatun hasanah. Anak akan tetap rusak. Bisa jadi dunianya keren, bagus, gemilang. Tapi jiwanya, rusak. Dan bahkan kehidupannya pun akan hancur.
Nah, di level rezeki halal, dan uswatun hasanah, ada satu lagi yang berbanding lurus. Yaitu doa. Pastikan semuanya jalan, bagus, dan lancar. Maka insya Allah anak-anak akan bagus masa depannya.
Yang disebut masa depan anak itu adalah, dia sendiri bisa mendoakan kita, hingga akhir hayatnya. Bisa mengajarkan doa ke anak-anak turunannya, sehingga bisa terus mendoakan kita, orang tuanya.
Bisa mengantarkan kita pada husnul khatimah dan sakratul maut yang baik. Bukan apa, saya pribadi ngeri, pada saat saya nanti sakratul maut, anak-anak di samping saya ga bisa bimbing saya untuk mengucapkan kalimah syahadah atau kalimat tauhid.
Bisa menjadi imam bagi shalat jenazah jika ia laki-laki. Bisa kemudian menjadi pembebas kita dari neraka, dengan doa-doanya, dengan kebaikan amal-amal perbuatannya, tidak malah menjadikan kita ke neraka. Kemudian bisa menjadi kunci surga buat kita, lalu duduk bersama satu surga.
Ini dia. Kita pun butuh anak-anak yang bisa memberi banyak kebaikan akhirat juga buat kita. Nggak hanya terangnya dunia. Anak-anak kita menjadi penarik, pendorong, dan lokomotif kebaikan dunia akhirat.
Nah untuk itulah, doa sangat diperlukan buat anak-anak kita. Kawal mereka dengan doa. Agar anak-anak menjadi anak-anak yang saleh-salehah, hidup manfaat, terhindar dari neraka, masuk surga, dan menjadi penebar kebaikan. Bukan sebaliknya.
Jangan pernah putus doa. Jangan pernah berhenti mendoakan. Tatkala kita berhenti mendoakannya. Apalagi kita memberi anak-anak kita rezeki haram, dan contoh perilaku yang buruk. Saat itulah, kita harus mulai resah, gelisah, dan bahkan takut.